Gaya Hidup

Dopamin Menentukan Kepribadian Anda, Begini Penjelasannya

pratamedia.com – Dopamin rupanya sangat berpengaruh terhadap kepribadian seorang manusia. Terdapat sebanyak delapan miliar manusia di muka Bumi saat ini. Masing-masing dari mereka punya kepribadian yang berbeda satu sama lain.

Telah populer dalam pengetahuan umum bahwa terdapat sebuah spektrum kepribadian seseorang. Ada spektrum ekstrovert di salah satu ujung, dan spektrum introvert di ujung yang lain.

Ekstrovert biasanya berkarakter periang, ceria, dan mudah bergaul dengan orang lain. Orang dengan kepribadian ini membutuhkan stimuli eskternal untuk mendapatkan energi dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara introvert pada umumnya lebih pendiam, pemurung, lebih suka menyendiri. Dengan demikian, orang dengan kepribadian introvert menganggap situasi bertemu dengan banyak orang sebagai tantangan tersendiri.

Meski begitu, di antara keduanya, terdapat orang dengan kepribadian ambivert. Ambivert berada di tengah-tengah spektrum ekstrovert dan introvert. Dengan kata lain, seorang ambivert memiliki karakteristik keduanya.

Apa Itu Dopamin?

Mengacu pada buku berjudul Genom Kisah Spesies Manusia dalam 23 Bab yang ditulis oleh Matt Ridley, dopamin merupakan bahan kimia perangsang otak. Bahan kimia ini berpengaruh dalam menentukan karakter kepribadian seseorang.

Dopamin teraktifkan oleh gen D4DK, yang terletak pada lengan pendek kromosom 11. Gen ini merupakan sebuah resep untuk reseptor dopamin, yang merupakan sebuah protein. Aktivasi gen ini terjadi pada bagian-bagian tertentu otak.

Tugas gen D4DK adalah untuk menguak membran sebuah neuron. Aktivitas tersebut terjadi saat neuron tersebut bertemu dengan neuron lain. Neuron tersebut kemudian akan mengikatkan diri dengan sebuah bahan kimia kecil yang bernama dopamin.

Dopamin disebut juga sebuah neurotransmitter yang dilepaskan dari ujung-ujung neuron-neuron melalui sinyal listrik. Jadi, sinyal-sinyal listrik yang merangsang sinyal-sinyal kimia, pada gilirannya merangsang sinyal-sinyal listrik.

Menurut sebuah studi, level dopamin yang dimiliki oleh seseorang bisa memengaruhi apakah orang tersebut memiliki kepribadian ekstrovert atau introvert.

Kepribadian yang Disebabkan Kelebihan Dopamin

Orang dengan kelebihan dopamin biasanya punya kepribadian yang mudah bosan. Dengan demikian, orang tersebut akan selalu mencari cara untuk menemukan petualangan baru.

Meski begitu, pada tingkatan yang sangat ekstrem, kelebihan dopamin pada manusia bisa menyebabkan skizofrenia. Skizofrenia merupakan gangguan mental di mana penderitanya mengalami halusinasi hingga delusi.

Dalam sebuah studi suntik dopamin pada tikus, efek yang muncul akan serupa dengan yang terjadi pada manusia. Ketika bahan kimia yang mirip dengan dopamin, yakni agonis dopamin, disuntikkan ke otak tikus, maka tikus tersebut akan menjadi lincah.

Kepribadian yang Disebabkan Kekurangan Dopamin

Sebaliknya, orang yang mengalami kekurangan dopamin biasanya memiliki kepribadian yang hampir berbeda 180 derajat dengan orang berlebih dopamin.

Kurang dopamin bisa menyebabkan seseorang memiliki kepribadian dingin, enggan membuat keputusan, enggan menggerakkan tubuh sendiri, kurang inisiatif, dan kurang motivasi.

Pada level yang esktrem, seseorang yang mengalami kekurangan dopamin bisa menderita Parkinson. Penyakit tersebut mengganggu sistem saraf sehingga penderitanya kesulitan mengontrol gerakan dan keseimbangan.

Dalam sebuah studi, ilmuwan menonaktifkan gen-gen pembuat dopamin pada seekor tikus. Alhasil, perilaku tikus tersebut berubah. Parahnya, tikus tersebut mati kelaparan karena enggan bergerak mencari asupan makanan.

Apakah Kepribadian Bisa Diubah?

Dalam bukunya, Matt Ridley menulis bahwa kepribadian, termasuk sifat pemalu, merupakan komponen bawaan atau genetis. Namun, sifat ini bisa diubah dengan pola pengasuhan atau kondisi lingkungan yang mendukung.

Ia mencontohkan eksperimen yang dilakukan kepada kera-kera. Rupanya, ketika bayi kera yang membawa sifat pemalu akan meninggalkan sifat tersebut apabila diasuh oleh induk yang punya kepribadian penuh percaya diri. Matt percaya bahwa hal serupa bisa terjadi pada manusia.

Untuk mendukung argumennya, Matt mengatakan bahwa bahan kimia dalam otak seseorang ditentukan oleh sinyal-sinyal sosial yang diperoleh dari dunia eksternal orang tersebut. Pada dasarnya, gen-gen perlu diaktivasi. Yang mengaktivasi gen adalah kejadian-kejadian eksternal.

Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa kepribadian seseorang bisa berubah tergantung pada kondisi pengasuhan atau lingkungan sekitar. Hal itu karena level dopamin yang terdapat pada tubuh kita bersifat fluktuatif.

Pada saat tertentu, orang-orang introvert atau orang dengan dopamin rendah bisa tiba-tiba berkeinginan untuk berpetualang. Sebaliknya, pada situasi tertentu, ada saatnya seorang ekstrovert membutuhkan waktu untuk menyendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *