Inspirasi Film Jumbo: Sutradara Pernah Dibully seperti Don
pratamedia.com – Film animasi Jumbo tak disangka menjadi pertunjukan layar lebar yang fenomenal. Hingga artikel ini ditulis, film tersebut sudah menarik perhatian 5 juta penonton. Usut punya usut, inspirasi film Jumbo datang dari sang sutradara, Ryan Adriandhy.
Sejak ditayangkan di bioskop pada 31 Maret 2025 lalu, Jumbo kian hari kain menjadi perbincangan hangat pecinta film. Berkat testimoni dari mulut ke mulut, jumlah penontonnya selalu meningkat hingga menyentuh angka 5 juta.
Don, karakter utama, kini telah menjadi tokoh animasi yang ikonik. Kehadirannya dalam cerita Jumbo membuat banyak orang meneteskan air mata. Rupanya, sebagian besar identitas dan kisah Don berasal dari kehidupan nyata sang sutradara.
Ryan Pernah Kena Bully Pas SD, Jadi Inspirasi Jumbo
Sang sutradara, Ryan Adriandhy, sempat menceritakan bahwa sebagian besar kisah yang dialami Don sebetulnya pernah dialaminya sendiri ketika masih sekolah. Ia masih ingat ketika duduk di bangku kelas empat SD, ia terkena serangan bully atau perundungan dari teman-temannya gara-gara ia berkumis.
“Gua waktu SD adalah anak pertama di angkatan gua yang kumisan duluan. Jadi gua hormonnya tuh kayanya cepet banget, jadi gua dulu berbulu lebih cepet dari temen-temen gua. Jadi gua tuh dulu sering banget dikata-katain,” kata Ryan dalam podcast di kanal YouTube Raditya Dika.
Dari situlah Ryan mendapat inspirasi untuk membentuk kisah yang dijalani Don dalam film Jumbo. Hanya saja, bentuk perundungannya sedikit direkayasa supaya berbeda dengan yang dialami Ryan.
“Gua dulu ada panggilan nama. Kalau Don itu dipanggil Jumbo karena dia gemuk. Gua tuh dipanggil Bucil dulu, bulu kecil [karena berkumis],” kata Ryan.
Selain dengan nama aneh itu, Ryan juga mengaku pernah dijuluki nama lain. “Pernah dikatain lele, pernah dikatain bucil,” ujarnya.
Enggak Pede karena Berbulu
Karena banyak tumbuh bulu berlebih di beberapa bagian tubuh, Ryan sempat mengalami ketidakpercayaan diri. Menurutnya, pengalamannya itu cukup mengganggu dirinya secara psikologis.
“Kan gua sekolah Islam, jadi kan kalau solat Jumat itu kan kita enggak pake sepatu, pake sandal. Jadi kalo wudhu itu keliatan kalo kaki gue itu berbulu banget,” tutur Ryan.
“Gua tidak terima kalau itu mendefinisikan gua. Itu kan biologis yang bukan gua yang ngatur. Gua kayak enggak seneng aja,” imbuhnya.
“Saat itu gua kan enggak tau cara ngeregulasi emosinya. Gua mau bales balik, mereka enggak kumisan, mereka enggak buluan,” katanya diiringi gelak tawa.
Pada saat mengalaminya di masa SD itu, Ryan mengaku bahwa perundungan dari teman-teman sekolahnya terasa menyakitkan baginya. “Menyakitkan, dulu, tapi habis itu ya udah. Pernah [nangis],” katanya.
Perundungan Berbuah Hasil Fenomenal
Namun, takdir kehidupan Ryan berkata lain. Ia berhasil membuktikan bahwa perundungan yang dialaminya di masa sekolah bisa dikonversi menjadi karya seni yang bernilai. Kini karyanya sudah ditonton oleh lebih dari 5 juta orang.
Terlebih lagi, ini merupakan film debut bagi Ryan sebagai sutradara. Ini juga menjadi karya animasi pertama Visinema Pictures, rumah produksi film yang memercayai cerita dan konsep film tersebut.
Tak berhenti sampai di situ, film Jumbo direncanakan akan tayang di mancanegara. Rencananya, film ini akan ditayangkan di sejumlah 17 negara. Ada beberapa nama negara-negara tetangga, ada juga negara-negara Eropa yang jauh di sana.
Negara tetangga meliputi Malaysia, Singapura, hingga Brunei Darussalam. Sementara negara-negara Eropa meliputi Turki, Mongolia, hingga Georgia. Selain itu, film ini juga akan tayang di negara yang namanya belum begitu familiar, yaitu Abkhazia dan South Ossetia.