IHSG Turun Terperosok hingga 5%, Apa Penyebabnya?
pratamedia.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Selasa, 18 Maret 2025,sempat mengalami penurunan hingga mencapai 5%. Akibat dari kondisi tersebut, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengambil kebijakan pembekuan perdagangan sementara (trading halt) pada pukul 11.19 WIB lalu. Kira-kira mengapa bisa IHSG turun terperosok hingga 5%?
Pergerakan IHSG dapat mencerminkan sentimen investor terhadap dua kondisi, yakni ekonomi dan politik, baik di level domestik maupun global. Dengan demikian, faktor makro dan mikro amat berpengaruh terhadap pergerakan IHSG.
Mengapa IHSG Turun?
Menurut mikirduit.com yang mengutip Bloomberg, terjadi aksi sell-off pada 18 Maret 2025 di pasar saham Indonesia. Sell-off merupakan istilah yang menggambarkan kondisi penjualan sekuritas dalam jumlah besar dalam waktu singkat.
Sebelum penurunan hari ini, sebetulnya IHSG berfluktuatif pada beberapa pekan ke belakang dan tak jarang berakhir di zona merah. Sebagai contoh, hal ini juga terjadi pada Kamis, 13 Maet 2025 ketika IHSG turun 0,26% atau 17,63 poin ke angka 6.647.
“Hari ini [Kamis, 13 Maret 2025] juga masih terjadi aliran keluar modal asing, ditandai dengan jual saham oleh investor asing sebesar Rp771,37 miliar. Saham yang paling banyak dijual asing didominasi saham perbankan seperti BMRI, BBRI, BBNI dan BBCA,” kata Tim Analis Phillip Sekuritas Indonesia, seperti dikutip RRI.
Ragam Faktor Domestik
Sementara menurut Kompas.com, terdapat faktor global dan domestik yang berpengaruh pada penurunan IHSG. Di level domestik, kondisi fiskal yang buruk menjadi kekhawatiran utama para pelaku pasar.
Beberapa di antara penyebabnya adalah penerimaan negara yang turun hingga 30% yang diduga gara-gara kontroversi Coretax. Kondisi ini menyebabkan terjadinya defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Di siis lain, belanja negara mengalami kontraksi 7% di saat utang pemerintah merangkak naik 44,77% pada awal tahun 2025 ini. Kondisi ini memperparah risiko fiskal sehingga para investor mulai berpikir dua kali untuk mengambil langkah.
Karena demikian, Bank Indonesia (BI) juga jadi mengalami keterbatasan dalam mengambil kebijakan penurunan suku bunga. Alhasil, tekanan terhadap pasar saham jadi kian besar.
Salah satu faktor lain yang bisa menyebabkan turunnya IHSG adalah para investor berbondong-bondong mengalihkan dana mereka ke instrumen yang lebih stabil, seperti obligasi. Ini mereka lakukan di tengah ketidakpastian ekonomi.
“Saham menjadi kurang menarik karena volatilitas yang tinggi. Sbealiknya, obligasi menawarkan imbal hasil yang lebih stabil,” kata Associt Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nicodemus.