Trivia

Sejarah Sabung Ayam, Sudah Ada Sejak Zaman Kerajaan

pratamedia.com – Sabung ayam menjadi perbincangan hangat baru-baru ini usai terjadinya peristiwa penembakan terhadap tiga anggota kepolisian di Kampung Karang Manik, Kec. Negara Batin, Kab. Way Kanan, Lampung, yang terjadi pada Senin, 17 Maret 2025.

Disebutkan bahwa tiga anggota Polres Way Kanan tewas ditembak di lokasi kejadian ketika hendak menggerebek kegiatan judi sabung ayam. Diduga bahwa pelaku penembakan tersebut merupakan dua oknum TNI.

Bagaimana pun juga, praktik sabung ayam telah membudaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia, dan sering ditemui di perkampungan-perkampungan. Praktiknya sering diiringi judi supaya lebih menantang.

Sejarah Sabung Ayam di Jawa

Pada abad 2, praktik sabung ayam punya keterkaitan erat dengan kekuasaan kerajaan saat itu. Budaya ini kala itu terjadi di zaman Kerajaan Jenggala yang dipimpin oleh seorang pria bernama Raden Putra.

Sang raja memiliki suatu hobi yang unik, yaitu menyabung ayam. Oleh karena itu, ia harus memelihara banyak ayam, dan ia memelihara hewan peliharaannya itu dengan baik untuk diadu di arena sabung.

Kisah ini kemudian diabadikan dalam cerita rakyat Cindelaras. Cindelaras merupakan anak yang dikandung istri Raden Putra yang dibuang ke hutan. Ia terasing di hutan karena difitnah oleh selir raja, disangkakan meracuni makanan para selir.

Ketika tumbuh dewasa, Cindelaras memelihara ayam jantan. Ayam tersebut berteriak lantang dan memberitahu Cindelaras bahwa dirinya adalah anak Raden Putra. Ia lahir di hutan karena ibunya, istri Raden Putra, diasingkan ke hutan tersebut.

Karena tahu ayah kandungnya hobi sabung ayam, Cindelaras pun mulai mendalami kegiatan tersebut. Suatu hari, ia akhirnya bertemu ayahnya sendiri di pertarungan adu ayam. Di tengah pertandingan, ayam Cindelaras berteriak kepada Raden Putra bahwa Cindelaras merupakan anaknya.

Dari pertemuan di gelanggan pertempuran dua ayam jago ini, Raden Putra dan Cindelaras bersatu kembali. Istri sang raja pun ikut bergabung kembali ke keluarga kerajaan.

Sabung Ayam di Tanah Sunda

Selain Jawa, masyarakat Sunda juga memiliki tradisi sabung ayamnya sendiri. Setidaknya ini tercatat dalam cerita Kerajaan Galuh yang sudah didirikan sejak tahun 612 Masehi. Disebutkan bahwa sang raja Galuh, yakni Tamperan Barmawijaya, punya hobi bermain sabung ayam dengan penduduk sekitar.

Suatu ketika, Tamperan sedang asyik melakukan kegiatan sabung ayam dengan masyarakat sekitar. Ia secara tidak sadar mendapat serangan mendadak dari Ciung Wanara atau Manarah. Ciung Wanara berupaya merebut kekuasaan kerajaan Galuh dari Tamperan.

Manaah yang mendatangi lokasi sabung ayam tersebut berkunjung dengan baik-baik, membawa seekor ayam sambil berpura-pura ingin berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Namun, di tengah-tengah permainan, Ciung Wanara dalam sekejap menyerang arena sabung ayam tersebut, termasuk Tamperan.

Alhasil, dalam waktu satu malam saja, Ciung Wanara berhasil mengambil alih kekuasaan kerajaan Galuh. Ini menjadi satu pergolakan dalam sejarah kerjaan di Tanah Sunda sebelum akhirnya mereka bersatu di bawah panji Kerajaan Pajajaran.

Adu Jago di Bali

Praktik sabung ayam juga sudah terjadi sejak lama di Pulau Bali. Menurut indonesia.go.id, seorang antropolog asal Amerika Serikat, Clifford James Geertz, justru menjadi orang asing yang amat akrab dengan praktik ini di Pulau Dewata.

Suatu waktu di tahun 1958, ia sedang melakukan penelitian di desa terpencil di Bali. Kemudian sejumlah polisi tiba-tiba datang menggeruduk desa tersebut untuk membubarkan praktik sabung ayam. Dari situlah ia berniat memperdalam penelitian mengenai sabung ayam.

Dari temuannya, Geertz menarik kesimpulan bahwa tradisi tersebut sudah terjadi di Pulau Dewata setidaknya sejak tahun 922 Masehi. Ia menelitinya dari kosa kata “sabung”, yang menurut temuannya berarti “ayam jantan”, yang ia temui dari bebagai inskripsi-inskripsi di Bali.

Meski begitu, ada sumber lain yang mengatakan bahwa tradisi sabung ayam Bali, yang juga dikenal dengan istilah tajen, baru berlangsung di era kerajaan Majapahit. Majapahit berdiri di tahun 1293, dan runtuh pada tahun 1527.

Sabung Ayam Masa Kini

Praktik sabung ayam di Indonesia, terutama di Pulau Jawa, membentang dari abad ke-2 hingga saat ini. Pada masa pendudukan Inggris pun, tradisi tersebut masih berlangsung. Hal itu dicatat oleh Thomas Stamford Raffles dalam The History of Java yang terbit pada 1817. Ia menulis bahwa kegiatan tersebut sangat umum dilakukan oleh orang-orang Jawa.

Secara umum, permainan ini dilakukan dengan mengadu dua ayam jantan yang bertaji. Tak jarang, ayam jantan tersebut disengaja dipasangi taji buatan di bagian kakinya. Taji buatan tersebut bisa berbahan dasar bambu atau kayu runcing, hingga logam besi. Pertandingan usai ketika salah satu ayam jantan kalah.

Di masa modern saat ini, kegiatan sabung ayam masih lazim ditemui di perkampungan-perkampungan. Ajang ini dianggap menjadi wadah adu gengsi para pemilik ayam jago. Tak jarang kegiatan adu ayam ini juga diiringi perjudian. Yang kalah harus membayar sekian rupiah kepada pemenang sesuai dengan angka yang disepakati bersama sebelum pertandingan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *