Sutradara Film Jumbo Korban Bully, Sampai Diputusin Pacar
pratamedia.com – Film animasi Jumbo garapan sutradara Ryan Adriandy menuai sukses besar. Filmnya kini sudah ditonton lebih dari 5 juta kali. Usut punya usut, sutradara film Jumbo tersebut juga merupakan korban bully atau perundungan di masa kecil.
Perundungan memang menjadi dasar cerita di film Jumbo. Don, si karakter utama, merupakan anak berusia 10 tahun yang dirundung oleh teman-temannya. Ia dirundung karena bertubuh gemuk. Itulah mengapa ia disebut Jumbo.
Namun, kondisi tubuh yang seperti itu tidak mengendurkan semangat Don untuk menggapai mimpi. Untuk mencapai apa yang dituju oleh karakternya, film ini juga membalut ceritanya dengan kisah persahabatan dan petualangan.
Rupanya, sebagian besar kisah yang dijalani Don di film terinspirasi dari kehidupan nyata yang dialami Ryan semasa SD. Ia mengaku menjadi korban bully karena ia punya bulu tubuh berlebih di usia sangat muda, yakni saat masih di kelas 4 SD.
Sutradara Film Jumbo Kena Bully + Diputusin Pacar
Ryan, yang awalnya berkarier sebagai stand up comedian, punya pengalaman pahit saat masih SD. Ia dirundung teman-teman sekolahnya karena beberapa bagian tubuhnya ditumbuhi bulu berlebih.
Bagai jatuh tertimpa tangga, perundungan dari teman-temannya tak hanya berpengaruh terhadap kondisi psikologisnya. Perundungan itu juga mempengaruhi kisah asmaranya. Ia harus berpisah dengan kekasihnya karena kondisi tubuhnya itu.
“Gua pernah diputusin pacar gua gara-gara buluan. Dia enggak apa-apa, tapi dia enggak seneng misalnya kayak ih pacarannya sama Ryan punya vitamin hormon,” kata Ryan dalam podcast di kanal YouTube Raditya Dika.
“Vitamin hormon itu karena ceritanya pacar gue yang ngasih gue vitamin hormon makanya gue kumisan,” imbuh Ryan.
Jadi Inspirasi Karakter Don
Ryan pun mengakui kurang lebih karakter Don di film garapannya banyak terinspirasi dari dirinya sendiri. Meski begitu, ia mengaku tidak sepenuhnya menyadari bahwa Don merupakan proyeksi dirinya sendiri.
“Tanpa gua sadarin ya,” ujar Ryan.
Namun, Ryan menegaskan bahwa tokoh Don tetap dikembangkan dengan karakter uniknya sendiri. Ia pun merekayasa sebagian kisahnya.
Sebagai contoh, Don dirundung dengan sebutan Jumbo karena gemuk. Sementara itu, saat masih SD Ryan dirundung dengan sebutan Bucil, yang berarti bulu kecil, karena tubuhnya tumbuh bulu berlebih.
“Don tetep gua develop sebagai karakternya sendiri. Dia punya journey-nya sendiri. Enggak plek ketiplek semuanya dari gua, tapi situasi-situasi yang terjadi sama Don di ceritanya pernah gua alamin juga,” kata Ryan.
Kesamaan Lain antara Don dan Ryan
Tak hanya soal pernah dirundung di masa kecil, kisah Don punya kemiripan lain dengan cerita nyata Ryan saat masih kecil. Contoh lainnya adalah kedekatan antara tokoh Don dengan Oma atau neneknya.
“Mungkin kesamaannya Don itu deket banget sama neneknya. Gua juga deket sama oma gua,” kata Ryan.
Selain itu, karakter Don juga merupakan anak tunggal di keluarganya. Hal tersebut sama dengan kondisi keluarga Ryan di mana ia juga merupakan anak tunggal. “Dia juga anak tunggal,” katanya.
Lalu, Don juga tak suka berolahraga. Ryan pun mengaku demikian. Saat dia kecil, ia jarang ikut serta berolahraga ketika diajak teman-temannya untuk bermain sepak bola atau basket.
Bedanya, Don tidak berolahraga karena teman-temannya malas mengajaknya. Disebutkan bahwa Don kerap menjadi beban tim ketika diajak temannya untuk berolahraga. Dengan demikian, tim yang diperkuat Don selalu mengalami kekalahan.
“Dan salah satunya juga gua enggak jago olahraga. Kayak bukan gua gitu. Dulu kan pada main bola, pada main basket,” kata Ryan.
“Si Don enggak diajak. Si Don enggak pernah diajak sama temen-temennya karena selalu dianggap paling lelet, dan setiap kali dia ikut main pasti timnya kalah,” imbuhnya.